
JAKARTA, BatakIndonesia.com — Gerakan Aksi Damai #SAVEBABI di depan kantor DPRD Sumatera Utara, Senin (10/2/2020) menyedot perhatian masyarakat Indonesia dan bahkan masyarakat internasional. Redaksi BatakIndonesia.com memantau perkembangan berita aksi viral ini dan menemukan satu tulisan atau catatan menarik yang ditulis Roni (Pardamean Ronitua Harahap) yang kami angkat untuk disajikan di sini (tentu sudah melalui editing jurnalistik).
Aksi #SAVEBABI ini bergerak menanggapi kematian besar-besaran dan pemusnahan babi akibat terjangkiti/terpapar penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam Babi Afrika dan Hog Cholera yang mewabah. Pemusnahan babi yang sakit dilakukan untuk mencegah penyebaran virus itu.
Berdasarkan catatan Balai Veteriner Medan sampai dengan Desember 2019 sebanyak 27.070 ekor atau sekitar 2,7 persen dari total populasi babi (1.229.742 ekor) sudah mati di 16 kabupaten/kota sejak awal wabah September 2019. Dari minggu ke minggu tingkat kematian babi semakin meninggi.
Inilah persoalannya yang mendesak untuk ditangani secara serius di 16 kabupaten/kota yang terkena wabah: Dairi, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Tebing Tinggi, Siantar, dan Langkat.
Saya berharap aksi #SAVEBABI ini dapat menggugah perhatian berbagai pihak khususnya Pemerintah Kota/Kabupaten, Pemerintah Provinsi Sumut, dan Pemerintah Pusat.
Para peternak kecil yang beternak babi hanya demi ikut mencukupi ekonomi keluarganya sehari-hari sedang menderita oleh adanya wabah ini. Kematian babi terus mereka alami yang sangat merugikan mereka.
Sementara itu belum terlihat adanya langkah konkrit yang dilakukan Pemerintah untuk mengatasi persoalan ini dan untuk menolong para peternak kecil.
Bupati, Walikota, Gubernur, dan Menteri: Tolonglah sediakan payung penyelamat yang bisa membantu daya beli peternak kecil yang semakin menurun ini.
Mereka bukan hanya rugi karena telah kehilangan ternak, tetapi juga tidak dapat memulai kembali kegiatan beternaknya karena wabah belum hilang dan juga karena kandang babi tidak dapat dipakai menunggu beberapa bulan masa disterilkan dari virus.
Ketika nanti mereka akan memulai lagi kegiatan beternak babi, mereka juga memerlukan bantuan modal.
Save peternak kecil yang beternak babi di Sumatera Utara!
Ini bukan soal politik atau agama. Ini soal perut rakyat kecil! Ini soal ekonomi rakyat.
Penulis: Pardamean Ronitua Harahap