BatakIndonesia.com — Hari Kebaikan Nasional tanggal 23 Juni 2022 lalu masih menyisakan tanya pada saya, Anda, dan kita semua. Sudahkah saya berbuat baik setiap hari? Perbuatan baik apakah saya lakukan hari ini paling tidak satu buah kebaikan.
Perlu kita renungkan hari Kebaikan ini, dan pesannya agar kita tergerak berbuat baik di tengah keluarga. Penulis membuat kutipan (quote), soal kebaikan, begini: “Berbuat baik kepada keluarga, awal dari kebaikan”.
Lihatlah di sekililing kita sebagai orang Batak, berbuat kebaikan itu sesuatu yang mahal. Jarang bahkan suka lupa, kita berbuat baik kepada keluarga.
Saya baru nonton bersama keluargaku Naida, Sando, Parumaen, Hela Dior Pangaribuan, film Ngeri Negeri Sedap (N2S) disambungkan dengan sebuah lagu populer “Hamu anakkon hu”. Film yang merebut simpati jutaan orang menonton ini, meledak apakah karena haus hiburan akibat pandemi berkepanjangan atau memang ceritanya yang menarik? Soal lagu Hamu anakkon hu, bersenandung selama hiduplah berbuat baik pada orangtua, jika sudah meninggal tidak ada artinya lagi.
Ya kita maklumi impian orangtua, lama menunggu, sesudah anak berhasil di perantauan, selalu sibuk bekerja, main film dan bermacam kegiatan. Anak-anaknya menjadi lupa atau tidak sempat pulang kampung. Saking rindunya pulang, sang ayah berpura-pura mau cerai dengan istri tercinta. Perceraian yang sangat tidak diduga anak-anak, alasan mereka terpaksa harus pulang.
Diawali menghadiri acara Adat Sulang-sulang pahompu, ternyata neneknya belum diadati. Terpaksa, 3 anaknya pulang dan selesai acara sulang-sulang pahompu, sang ayah dan ibu, ingin berkumpul dan suasana indah dengan kelaurga.
Rahasia pura-pura ternyata hanya keterpaksaan buat bagaimana bisa bertemu dengan anak pertama, agar membatalkan pernikahan dengan siboru Sunda. Anak kedua agar meneruskan bekerja sebagai ahli hukum. Jangan jadi pelawak dan anak terakhir mbok tinggal di kampung menjaga ayah yang sudah mulai renta jangan sibuk dirantau mengabdi ke masyarakat dengan kegiatan sosialnya?
Walau akhirnya, sang ayah harus pasrah, mengikuti apa yang dimaui anak-anaknya. Walau rindu bertemu dan perlakuan yang BAIK dari anak-anaknya tidak didapatnya, namun harus ada kompromi bersama-sama bagaimana kebaikan versi anak anak dan versi orangtua.
Lagu ciptaan Tagor Tampubolon Tikki di ngolukkan manian, tupama bahen akkan nadenggan. Molo dung mate percuma pesta, percuma kebaikan lain itu karena tidak akan dirasakan lagi.
Ya, begitulah dua momen yang saya angkat di tulisan ini, menggugah kita agar berbuat baik. Berbuat baik itu ternyata terjadi dinamika yang sangat berubah-ubah di tengah keluarga.
Perlu dipahami secara betul, apa kebahagiaan versi orangtua kita sebelum kita jauh melangkah. Tidak ada definisi yang tetap kebahagiaan itu, namun menghindari distorsi dengan orangtua, menurut hemat saya harus didialogkan dengan terbuka.
Komunikasi hal dengan frekuensi “sering dengan orangtua” supaya terjadi saling memahami orangtua dan anak anaknya. Berbuat baik dalam keluarga adalah awal sebuah kebaikan.
Ajaran teologi Kristen mengatakan berbuat baik tanpa firman Tuhan, tidak berguna namun melaksanakan Firman Tuhan sudah pasti baik. Firman Tuhan mengatakan setiap orang harus bekerja supaya makan. Artinya jika pemalas tidak akan makan, sehingga jangan membantu pemalas. Termasuk memberikan sedekah dipinggir jalan, kena
ketentuan Perda.
Horas, Horas, Horas. Njuah-Juah, Horas tondi madingin, Pir Tondi Matogu.
RP, 7 Juli 2022.