BatakIndonesia.com — Bonar Leonard Simangunsong adalah sosok Batak yang banyak dikenal kalangan, mulai dari kalangan pejabat, pengusaha, pemuka agama, pemuka adat, orang biasa sampai orang kecil. Bonar Leonard Simangunsong merupakan seorang putra Batak yang Kristiani, anak bangsa yang berjiwa nasionalis dengan mengabdi kepada bangsa dan negara, keluarga, dan masyarakat. Kini beliau pada Senin (25/7/2022) sekitar pukul 18:55 WIB telah menghembuskan nafas terakhirnya berkarya di dunia dan meninggalkan legasi (legacy) yang tidak akan terlupakan oleh para sahabat dan handai taulan.
Legasinya dan pengabdiannya terbesar adalah untuk bangsa dan negara Indonesia. Dia sudah mengabdi kepada pemerintah selama 47 tahun di TNI -AL (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut). Bonar pernah bekerja di Wanhankamnas (Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional), lembaga penyusun GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) dengan tugas strategis dalam jabatannya, dan terakhir di Dewan Kelautan.
Selain beliau aktif mengabdi kepada bangsa dan negara di dunia militer, beliau juga banyak memberi perhatian dan pengabdian kepada gereja, umat Kristiani, dan masyarakat tanpa mengharapkan tanda jasa.
Kita dapat melihat bukti dan karyanya bagi gereja dan Umat Kristiani dengan gagasan mendirikan organisasi seperti Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) bersama tokoh Katolik Theophilus Bella dan mendiang Ny. SAL Tobing dan beberapa tokoh lainnya. Ia sendiri menjadi Ketua Umum FKKJ periode 1999-2006, Ketua Dewan Pengawas AYUB (1999-2002), dan Ketua Umum MUKI (Majelis Umat Kristen Indonesia) pada 2005. Bahkan dia pun menjadi hamba Tuhan di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Baros dan GBI Fatmawati, Jakarta.
Di dunia politik pun lepas dari tugasnya di kemiliteran, dia aktif pada beberapa organisasi, antara lain:
- di PDS sebagai Ketua Dewan Penasehat (2001-2007);
- di PPDS sebagai Ketua Umum (2007);
- di Lembaga Pendidikan Politik Negeb (LPPN) sebagai Direktur.
Untuk bangso (orang-orang) Batak, Bonar Simangunsong tetap memberikan pikiran dan buah karyanya bagi pelestarian Kawasan Danau Toba (KDT) dan nilai-nilai luhur habatakon. Karena itu, beliau memiliki andil yang sangat berarti bagi Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) dalam memperjuangkan pelestarian lingkungan hidup di KDT dan bonapasogit/tano Batak (tanah Batak). Dia sudah banyak memberikan buah pikiran dan gagasan ketika berada di Dewan Pengawas dan Dewan Pembina YPDT.
Ketika di YPDT, dia menyampaikan gagasannya kepada orang-orang Batak berpengaruh untuk membentuk BATAK CENTER. Pernah ia mangatakan bahwa orang-orang Jawa sudah membentuk Java Center, masak kita orang-orang Batak tidak bisa membentuk BATAK CENTER. Dari situlah seiring jalannya waktu dan kegigihannya, maka pada 18 Agustus 2018 terbentuklah organisasi masyarakat bernama Pusat Habatakon atau BATAK CENTER.
Gagasannya membentuk BATAK CENTER agar bangso Batak tidak kehilangan identitasnya sebagai bangso yang memiliki kebudayaan tinggi yang tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain di dunia dan melahirkan generasi bangso Batak ke depan yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang. Generasi penerus bangso Batak tersebut mampu menggali dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur habatakon sebagai unsur nilai Pancasila dan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selain di YPDT dan BATAK CENTER, beliau juga ambil bagian di LABB (Lokus Adat Budaya Batak) dan juga cukup dikenal di kalangan orang-orang Batak yang berada di organisasi Forum Bangso Batak Indonesia (FBBI).
Pandangan Keluarga tentang Bonar Simangunsong
Bonar L. Simangunsong adalah anak sulung dari 12 bersaudara dari pasangan orangtuanya bernama Renatus Simangunsong dan Rengsia br. Siahaan. Dia lahir di Medan, Sumatera Utara pada 24 November 1938 dan menikahi Elizabeth Liestriana br. Siahaan. Tuhan mengaruniakannya 3 orang anak, yaitu:
- Ir. Lisbon Pantas Simangunsong, MTM.
- Ir. Elnard Peter Simangunsong, MTM.
- Gurindo Triwahyu meninggal tahun 1989.
Dia adalah pribadi yang bersemangat, inspiratif, dan motivatif yang berpengetahuan luas dan pengalamannya luas bekerja di lembaga yang strategis. Dia bukan seorang doktor atau profesor, tetapi pengetahuannya melebihi gelar akademik tersebut. Beliau meraih gelar insinyur (Ir) dari ITB (Institut Teknologi Bandung) pada 1958-1962. Bonar sempat mengenyam pendidikan di Odessa Polytechnical Institute (Rusia) dan Sekolah Bahasa Rusia di Kiev, Ukraina (1962 s/d 1963) serta Naval Post Graduate School, Computer Training selama 6 bulan di Amerika Serikat (1974). Pada 1980, dia mengambil jurusan administrasi di Australian Administrative Staff College dan melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara-Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN) (1982 s/d 1985), bahkan ambil kuliah di Universitas Terbuka “Australian Administrative Staff College” (1996 s/d 2002).
Kegemarannya membaca dan belajar, mendorong dirinya menulis beberapa buku (tema kelautan dan politik). Buku-buku yang ia sudah tulis, antara lain:
- Pembinaan Personil Melalui Bimbingan dan Penyuluhan (1989).
- Manajemen Indonesia Menyongsong Tinggal Landas dan pada Era Industri (1989).
- Sistem Informasi Manajemen (1991).
- Negara, Demokrasi, dan Berpolitik yang Profesional (2004).
Selain menulis buku, ia tuangkan juga gagasannya dalam beberapa artikel yang pernah ia tulis, antara lain:
- Makalah untuk Simposium Komputer di Tokyo.
- Makalah untuk KKN II Jakarta.
- Makalah untuk Wanhankamnas.
- Naskah untuk Benua Maritim Indonesia.
- Penulisan artikel untuk TNI-AL di majalah Perpektiva.
- Penulisan artikel untuk Badan Kerjasama Otomatisasi Administrasi Negara (Bakotan).
Bonar adalah sosok yang berdisiplin tinggi dan konsisten dengan komitmennya, administrasinya yang ketat, pegang janji, dan selalu mengingat apa yang sudah dikatakannya. Dia berpendirian tegas dan tidak bergeming dari tantangan dan bila tujuan sudah benar dia tidak mau ditawar lagi. Karena itulah namanya “Bonar”. “Bonar” dalam bahasa Batak artinya “benar” dan prinsip ini rupanya melekat dalam hidupnya. Dia akan selalu memilih yang bonar daripada yang cocok, yang mudah, dan yang baik. Itulah prinsip hidupnya utama.
Sebagai anak sulung, Bonar mengambil alih tanggung jawab keluarganya setelah peran bapaknya sudah tidak berfungsi saat bapaknya lumpuh mengalami kebangkrutan pada 1965. Dia ambil alih tanggung jawab keluarga setelah kembali dari Rusia pada 1967 karena telah menyelesaikan pendidikan di Odessa University.
Pribadinya berkembang terbentuk karena kondisi keluarga dan tanggung jawab yang dipikulnya sebagai anak pertama. Beliau menjadi pribadi tangguh, mencintai dan mengidolakan ibunya, terlepas dari kasihnya buat istri dan anaknya, yang sangat luar biasa sebagai sumber inspirasi dan berpengaruh baginya. Ibunya Rengsia boru Siahaan mewariskan nilai-nilai kepada 12 anaknya dengan 4 prinsip hidup demikian:
- burju martuhan, takut akan Tuhan;
- pantun marpangalaho, santun dalam perilaku;
- bisuk marpikkir, berpikir cerdas dan bijaksana;
- ringgas mangula, rajin bekerja.
Prinsip inilah yang ia bawa dalam kehidupan sehari-hari di tengah pergaulan dengan saudara, gereja, dan masyarakat.
Bonar bersama adiknya nomor 4, ia memimpin dan membangun keluarga bersama ibu dan 11 adik-adiknya dengan mencanangkan program jangka panjang kehidupan melalui tema periodik, sebagai berikut:
- Tema tahun keselamatan, bertahan hidup karena kesulitan ekonomi.
- Tema tahun pendidikan, anggota keluarga harus bersekolah.
- Tema tahun kemajuan dan lepas landas, mencari pekerjaan dan kesejahteraan.
- Tema tahun kerohanian, semua harus mencari Tuhan dan hidup beriman semasa hidup.
Semua tema tersebut dilaluinya dengan konsekuen.
Bonar Simangunsong, pribadi tangguh, keras seperti batu karang, pelindung bagi keluarganya, dan melayani Tuhan bersama dengan istrinya. Dia telah menjadi sahabat bagi kaum pelayan Tuhan, bergaul erat dengan kaum gereja dan para hamba Tuhan. Istrinya Listriana Siahaan, putri seorang pendeta, sumber inspirasinya dalam melayani Tuhan setelah berkeluarga.
Dia menyayangi ibunya sedemikian rupa dengan mengenang rumah ibunya dengan tidak boleh mengotak-atik kondisi rumah tersebut. Rupanya supaya dia bisa mengingat-ingat ibunya dalam kondisi masih hidup di tempat itu. Padahal putranya dan keluarganya sudah menempati rumah tersebut sehari-hari sejak tinggal di situ.
Karena kecintaannya kepada bangso Batak, pada 2022 dia dirikan Taman Gurgur di kampung halamannya di Gurgur Toba untuk membangun kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) di Toba. Taman Gurgur ini menjadi Taman Doa, Taman Kebudayaan, Taman Kaderisasi, Taman Kebugaran, sehingga tujuannya adalah pembangunan rohani dan pengetahuan dengan tubuh yang sehat. Dia juga mencetuskan untuk mencegah orang Batak perantauan jangan membawa jenazah orang perantauan ke kampung halaman, tetapi membawa kebaikan, investasi, pengetahuan, dan kekayaan.
Terakhir, Bonar L. Simangunsong memiliki motto 5B, yaitu: Berdoa, Belajar, Berdiskusi, Berolahraga dan Berkarya. Kesukaan hidupnya adalah berkarya untuk mewujudkan visi-visinya. Berkarya menjadi penyemangat hidupnya. Berkarya mewujudkan pencapaian-pencapaian dan menjadi berkat melalui karya dalam pelayanan, organisasi masyarakat, pengembangan usaha, pendidikan, dan keluarga.
Selamat jalan Bonar L. Simangunsong, pahlawan iman, pejuang bangsa, dan pembela keluarga. Kami akan selalu mengenangmu.
Kompilasi dari berbagai sumber oleh Boy Tonggor Siahaan