
Foto udara situasi terakhir kerusakan yang diakibatkan banjir bandang di Waiwerang, Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (6/4/2021)
JAKARTA, batakindonesia.com
Terjadinya bencana banjir bandang akibat hujan deras serta angin puting beliung akibat Badai Siklon Seroja di beberapa kecamatan maupun desa di Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu dan Minggu (4 dan 5 April 2021), menimbulkan duka atas banyaknya korban jiwa dan hilangnya rumah, serta harta benda warga masyarakat.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 128 orang meninggal dunia akibat dampak bencana banjir dan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terjadi pada Minggu (04/04/2021) dini hari. Sebanyak 8.424 orang dari 2.019 keluarga mengungsi.
Sementara Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan secara rinci jumlah meninggal dunia yakni Kabupaten Lembata 67 orang, Flores Timur 49, dan Alor 12. Jumlah pengungsian terbesar berada di Kabupaten Sumba Timur: 7.212 jiwa (1.803 KK), Lembata 958 orang, Rote Ndao 672 jiwa (153 KK), Sumba Barat 284 (63 KK) dan Flores Timur 256.
Sebanyak sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan terdampak peristiwa ini. Kedelapan desa tersebut yaitu Desa Nelemadike dan Nelemawangi (Kecamatan Ile Boleng), Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang (Adonara Timur), Desa Oyang Barang dan Pandai (Wotan Ulu Mado), dan Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa (Adonara Barat).
Kedua yakni ada di Kabupaten Sumba Timur. Banjir terjadi di empat kecamatan yang ada di kabupaten ini, yaitu Kecamatan Kambera, Pandawai, Karera dan Wulawujelu. Ketiga yaitu Kota Kupang, yang merupakan ibu kota NTT juga dirundung bencana. Angin kencang disertai longsor, banjir rob, hingga gelombang pasang terjadi di wilayah ini.
Daerah selanjutnya atau keempat berada di Kabupaten Lembata. Beberapa lokasi terdampak yaitu Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur yang termasuk di dalamnya Desa Waowala, Tanjung Batu, Amakala, Jontona, Lamawolo dan Waimatan.

Badai siklon Seroja di Sumba Timur juga mengakibatkan layanan listrik, telekomunikasi dan akses jalan lumpuh total termasuk dalam urusan pelayanan pemerintah. Daerah itu juga terdampak luas karena saluran bendungan yang jebol, infrastruktur jalan rusak parah dengan genangan air
Sedangkan kerugian materil masih tercatat rumah hanyut 17 unit, rumah terendam lumpur 60 unit, dan lima jembatan putus. BPBD setempat masih terus melakukan pendataan dan verifikasi dampak korban maupun kerusakan infrastruktur.
Forum Bangso Batak Indonesia (FBBI) sebagai wadah perhimpunan masyarakat Batak, yang memiliki Visi dan Misi yang berkaitan dengan SDM (Sumber Daya Manusia), turut merasakan penderitaan yang dialami keluarga-keluarga yang ada di berbagai kecamatan di NTT.
Sebab itu, FBBI melalui Dewan Pimpinan Pusat menyerukan kepada masyarakat, khususnya masyarakat Batak dari berbagai puak Batak (sub suku Batak): Batak Toba; Batak Simalungun; Batak Karo; Batak Angkola; dan Batak Mandailing, dan seluruh jajaran FBBI dari Pusat hingga Daerah, untuk dapat bersama-sama membantu saudara-saudara kita di NTT.
Berikut Seruan Kepedulian Atas Musibah Bencana Alam Di NTT

Sebagai informasi, dana yang dihimpun akan diserahkan langsung oleh Dewan Pimpinan Pusat FBBI ke Pemprov NTT atau ke Pemda yang mengalami bencana. Adapun batas penerimaan di Rekening FBBI Rekening FBBI : Bank BRI No. Rek 044201000641309, akan ditutup pada tanggal 28 April 2021 (bisa diperpanjang, sesuai kondisi).
Demikian juga Sumbangan Natura berupa: Sembako; Pakaian; Selimut; Karpet; Obat-obatan, agar disampaikan ke: POSKO PUSAT, Sekretariat FKM di Wisma NTT, Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 42, RT 4/ RW 9, Tebet Timur, Kec. Tebet, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12820. Dapat juga menghubungi Aldo di WA 08566205623 atau Fritz di WA 085326311245, hingga tanggal 28 April 2021 (bisa diperpanjang, sesuai kondisi).

Sementara itu diketahui, isteri Bupati Propinsi Nusa Tenggara Timur, Khristofel A. Praing, Merliyati Simanjutak yang juga Ketua TP PKK Sumba Timur terjun langsung mendistribusikan sembako ke tempat pengungsian yang sulit dijangkau kendaraan. Merliyati Simanjutak dan tim terpaksa harus berjalan kaki dan memikul bantuan tersebut. DANS