
BatakIndonesia.com — Ada pelajaran dari kisah Ester dan Mordekhai dalam Kitab Ester Pasal 9-10. Cerita ini terjadi saat pembuangan Bangsa Israel di Persia, Babel.
Raja Persia mengangkat Haman, orang nomor dua, keturunan Agag. Haman tersinggung kepada Mordekhai, pamannya Ester, karena Mordekhai tidak bersikap hormat kepada Haman saat berjalan. Bagi Mordekhai, hanya kepada Allahlah yang kita sujud, hormat, dan sembah.
Haman panas hatinya, sehingga ia merencanakan mau membunuh Mordekhai. Kesombongan pertama, Haman merasa terlalu hina jika seorang saja yang mati. Jadilah ia mengusulkan agar membunuh seluruh bangsa Yahudi. Siasat itu berhasil tertulis dalam Undang-Undang, beredar ke 127 negeri, Benua Asia, Afrika, dan Eropa, kekuasaan Raja Persia waktu itu.
Catatan sebelumnya, saat ada seleksi ratu, panitia dan raja tidak mengetahui status kebangsaan Ester. Hanya karena kemolekannya dan kecantikannya, ia menang menggantikan Ratu Wasti sebelumnya.
Situasi genting, ini memaksa Ester menghadap Raja dengan inisiatif sendiri. Tindakan berani ini terlarang. Dalam kondisi normal, mati taruhannya jika menghadap raja tanpa raja yang memanggil.
Melalui Pribadi Mereka, Allah Bekerja
Dialog raja dengan Ester terjadi. Raja memenuhi permintaan apapun dari Ester termasuk 1/2 wilayah kerajaannya akan raja berikan.
Ternyata Ester tidak minta harta, tetapi minta agar raja membatalkan UU genosida bangsa Israel.
Raja mengatakan bahwa seluruh harta dan kerajaan akan ia berikan, tetapi membatalkan UU tidak bisa.
Ester tidak habis akal. Ia menyiapkan acara pesta dua kali. Ia mengundang Raja dan Haman serta pembesar-pembesar negeri. Lagi-lagi, raja menawarkan apa yang Ester inginkan.
To the point, Ester ingin agar raja membunuh orang yang jahat kepada bangsa Yahudi. Siapa? Ya yang di depan raja. Marahlah raja dan raja menyetujui untuk mengeksekusi Haman di tempat yang disiapkannya untuk membunuh dengan cara ditusuk seperti sate. Tabur tuai terjadi.
Sedang pengganti UU untuk genosida bangsa Israel, raja menggantinya dengan menerbitkan UU yang mengijinkan bangsa Israel berkumpul dan membunuh orang yang memusuhi dan akan membunuh mereka.
UU itu efektif, 300 orang di dalam istana, 75.000 orang di seluruh negeri.
Bangsa Israel, mewujudkan sukacita, semula dukacita. Acara Purin diperintahkan oleh Ester dan Mordekhai, yang dalam jabatan saat itu menggantikan Haman pejabat kepercayaan raja nomor dua di negeri itu.
Kesimpulannya adalah walau di kerajaan sekuler, Ester tidak menyebut nama Allah, tetapi justru peran Ester dan Mordekhailah selamat bangsa Israel dari pembumihangusan dari muka bumi ini.
Kita pun, di negeri sekuler ini atau Pemerintahan Indonesia, semoga dpat seperti Ester dan Mordekhai. Tanpa menyebut atau membawa label Kristen pun kita bisa menyelamatkan umat Allah agar selamat dari ancaman kematian yang kekal, tetapi sukacita yang kekal.
Siapapun yang punya jabatan penting di negeri ini perlu membaca Ester dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru walaupun kita tidak diijinkan membunuh, tetapi dengan tindakan yang benar dan baik kita menyelamatkan bangsa kita, bonapasogit kita. Jangan jabatan digunakan dan merugikan bonapasogit. Bahkan kita harus membuat sukacita dengan mengadakan pesta Purin.
Syalom.
Penulis: Ronsen Pasaribu