BatakIndonesia.com — Ketika saya membaca flyer Pemda Tapanuli Selatan (Tapsel) ini, terasa saya terbangun dari pikiran sepi terhadap Tapsel daerahku. Sebuah flyer yang memperlihatkan Ibu Bupati dan jajaran muridnya yang tampaknya perempuan dewasa sedang menjahit.
Flyer ini berbicara hal sederhana, menjahit. Mengapa menjahit? Sebab menjahit adalah sebuah pekerjaan yang sejak dahulu kala diperlukan oleh penduduk di desa.
Dahulu kala, terbiasa orang membelikan bahan baju, lalu dijahit untuk baju. Pria dan wanita terutama anak-anak, lazim menjahitkan ke tukang jahit.
Tukang jahit menjadi begitu berarti, bahkan kadang overload jahitannya.
Keluarga yang memiliki mesin jahit, keluarga terpandang, masuk kategori orang kaya sebab jarang orang yang memilikinya. Selain mesin jahit, padanannya lampu petromak, yang bisa menerangi seisi rumah dalam waktu tertentu.
Tentu menjahit kegiatan sambilan bagi seorang di pedesaan waktu itu. Belum merupakan pekerjaan yang khusus bahkan profesional. Keahliannya juga tidak karena dikursuskan, namun belajar sendiri atau otodidak. Tanpa guru, tanpa kursus, tetapi memiliki intuisi yang tajam, punya keberanian untuk masuk pada profesi menjahit itu bahkan berani menerima orderan.
Mode, style pun tak luput dari keahlian yang harus dipelajari. Beda jaman beda pula selera soal pakaian ini. Pemesan maunya style yang mengikuti jamannya. Jadi, seorang tukang jahit harus lebih jauh selangkah dari masyarakat soal style atau mode.
Jaman sekarang model tentu bisa dipelajari apalagi ada fasilitas HP. Memungkinkan seorang memahami model terbaru dari luar negeri. Bahkan meniru model baju yang sudah masuk kepedesaan.
Nah, adanya industrialisasi di bidang pakaian ini oleh perusahaan besar. Apalagi adanya luapan di pasar baju-baju industri yang tidak dipakai lagi alias monja, pun mempengaruhi pasar para penjahit ini.
Orang dengan pakaian gagah, bagus dan modis, sudah merupakan pemandangan yang sehari-hari di pedesaan. Lalu kapan lagi mereka menjahitkan pakaian baru?
Nah, inilah yang dilihat Pemda Tapsel. Di tengah serbuan industri pakaian jadi dari pabrikan bahkan gempuran monja, Bupati melihat hal yang tidak beres dalam pembinaan Sumber Daya Manusia yang mulai bersifat gampang membeli, konsumtif, dan lompatan berpikir yang sederhana, yaitu: beli.
Pemikiran ini harus dilawan, dengan pembinaan para perempuan untuk memiliki keahlian menjahit. Walau sedikit yang mampu dididik, tetapi yang sedikit itu sangat berarti. Dari sedikit menjadi banyak, sesuai kemampuan Pemerintah untuk mendidiknya.
Ilmu terapan atau Vokasi bagi masyarakat teramat penting saat ini. Kita beri keterampilan yang memang dibutuhkan oleh masyarakatnya. Kelas masyarakat yang tidak bisa masuk ke Perguruan Tinggi ini, saya yakin masih banyak. Banyak sekali, oleh karena keterbatasan akses dan modal yang dimiliki.
Luar biasa, yang tampil adalah Ibu PKK, yang biasanya dijabat oleh istri Bupati dalam hal ini ibu istri Bupati Tapanuli Selatan.
Sebuah karya nyata, karya mulia dan terobosan melawan hegemoni industri di bidang sandang ini. Sebuah karya yang harus dihargai oleh kita semua, anak bangsa.
Kursus menjahit, kegiatan sederhana namun besar maknanya bagi pembangunan Negeri.
Hidup Pemda Tapsel.
Ronsen Pasaribu/Pemerhati masyarakat dan pemberdayaan.
Cengkareng, Jakarta Barat, 24 Januari 2023. Pkl. 5:24 WIB.