
JAKARTA, BatakIndonesia.com — Seri 5 dari Siaran Pers Forum Bangso Batak Indonesia (FBBI) tentang Pemberdayaan Masyarakat adalah lanjutan seri 4. Ketua Umum DPP FBBI Dr. Ronsen Pasaribu, SH, MM, menyampaikannya kepada publik di Jakarta pada Minggu (8/8/2021).
FBBI sudah menyampaikan 3 (tiga) model pemberdayaan masyarakat. Pertama, kerjasama kelembagaan PT ISM dan PokTan Maju Lumbantongatonga, PTML. Produknya adalah cabai, kentang, dan kol. Kedua, Model Pemberdayaan ala Oslyn Pasaribu. Produknya adalah tanaman talas. Ketiga, Model Pemberdayaan ala Kadiman Pakpahan dengan pembibitan dan penyuluhan. Selanjutnya kami memperkenalkan model keempat, yang dikembangkan Pulo Siregar, yaitu: kebijakan diversifikasi dan diferensiasi. Seperti apakah model ini. Simak berikut ini.
Pulo Siregar cukup lama bersama Ketum FBBI sebagai Bendahara Umum FBBI periode lalu. Saat ini posisinya sebagai Dewan Pembina di DPP FBBI. Dia sedikit banyak sudah memahami garis kebijakan FBBI dalam perjuangannya memajukan orang Batak di Bonapasogit dan di mana pun berada. Sehari-hari, Pulo Siregar keahliannya di bidang keuangan khususnya sebagai pegiat advokasi nasabah. Dia telah menulis beberapa buku dan turut serta mengembangkan visi dan misi FBBI sebagai Direktur PT ISM besutan FBBI. Sewlain itu, ia juga pelaku pemberdayaan secara pribadi dengan Kelompok Masyarakat (Pokmas) Dame di Lintong ni Huta, Humbang Hasundutan.
Nama Pokmas itu adalah Corps Tani Milenial Humbahas dengan anggota Dame Marasi Sihombing (koordinator/sering disebut sehari-hari Kelompok Dame), Jona Haposan Sihombing, Paisal Sihombing, Anju Rawaty Siburian, Yogi Hartadi, Mangasitua Sihombing, Sangap Togi Parulian Sihombing dan Maleakki Sianturi. Sedangkan penggagas dan pembina adalah Pulo Siregar. Penasehat teknis, Lambas Sihombing dan penasehat trading dan keuangan Nita Ariyantie.
Lahan yang dikelola sampai saat ini 4 (empat) hektar. Target 2021 harus bisa mengelola 10 Hektar dengan tanaman kol, kentang, tomat dan cabai merah. Pokmas ini menetapkan slogan “Bangga Menjadi Petani”. Bangga menjadi bagian dari Tim Corps Tani Milenial Humbang Hasundutan. Pantang mundur sebelum makmur.
Kebijakan diversifikasi, yaitu: tanam cabai, kentang, tomat, dan kol. Kegiatan lain adalah trading hasil pertanian dari Humbang Hasundutan yang dijual ke berbagai kota Indonesia, seperti Jakarta, Pekanbaru, Jambi, dan lainnya.
Sedangkan kebijakan diferensiasi, yaitu: mendirikan Cafe Milenial Humbang Hasundutan berlokasi di atas status tanah sendiri di pinggir jalan raya ke Kota Dolok Sanggul, berdekatan dengan markas Mapolres Humbang Hasundutan. Produk jualan berbagai jenis minuman, kopi jahe Humbang, kopi, dan bandrek susu. Cafe ini sekaligus sebagai Sekretariat CTMH dengan produk diversifikasi yang tengah dikembangkan.
Jadi ada 3 produk kegiatan CTMH, yaitu: sektor produksi, trading (perdagangan jual-beli produk pertanian), dan Cafe. Cafe ini lebih pada jasa layanan minuman yang berbeda sama sekali dari pertanian. Istilah lokal Lapo, minus makanan lebih pada minuman.
Bagaimana menjelaskan bisnis inti di atas dari Ilmu Pemberdayaan Masyarakat. Beberapa analisanya sebagai berikut:
- Awal kegiatan pemberdayaan di manapun berada adalah pemetaan sosial. Indikator peta pertanian dan sosial menjadi pertimbangan utama. Kecocokan tanaman holtikultura, kentang, cabai, kol dan tomat merupakan hasil penelitian selama ini. Ditinjau dari sisi iklim, tanah, budaya masyarakat bergantung pada kemurahan Tuhan di lahan yang tersedia dan cocok.
- Kelompok Masyarakat (Pokmas), 10 orang dan tenaga insidentil 20 orang, berbasis kekeluargaan. Mereka menyatu dalam hubungan kekeluargaan yang menyatu dengan adat-istiadat, sehingga faktor kekeluargaan jadi penunjang dalam pembinaan sumber daya manusianya.
- Anggota Pokmas rata-rata petani. Jadi, obyek pemberdayaan masyarakat menjadi relevan. Mereka membentuk kelompok agar lebih kuat, bergotong-royong, menyatu, dan pada gilirannya ekonomi mereka mandiri.
- Total football, dapat kita sematkan pada model pemberdayaan dari Pulo Siregar ini. Mengapa? Karena SDM, pendampingan tidak ada, langsung bagian menejemen, pendana juga bagian menejemen, pemasaran juga bagian menejemen. Jadi, tahapan proses bisnis, mulai land clearing, pengelolaan tanah, pembibitan atau beli bibit, penanaman, perawatan termasuk pemupukan, pemilihan jenis pupuk (rata-rata punya rahasia perusahaan tersendiri) kecuali garis besarnya dibagikan kepada petani lainnya. Penjualan dan evaluasi semua tahapan ditangani oleh menejemen CTMH.
- Informasi atas kegagalan-kegagalan tentu ditangani dengan studi informasi kepada pihak lain yang dianggap lebih ahli dalam hal ini dengan suplier pupuk. Ini lazim dilaksanakan bagi pemain petani di lapangan, dalam arti tidak mengikat. Suplier bibit atau pupuk memberikan saran, dilaksanakan silahkan. Jika gagal, tidak dapat dituntut sebab transasi hanya penyaluran bibit dan pupuk. Hal ini menjadi masalah yang terjadi di lapangan, tetapi di awal semua menjadi resiko pembelajaran bagi kelompok pemberdayaan baru.
- Pembagian hasil bagi anggota diatur internal oleh CTMH, tentu tidak dipublikasi ke publik dan mekanisme ini dilakukan secara demokratis, egaliter, dan atas dasar kesepakatan.
- Budaya organisasi. Salah satu ciri organisasi yang sudah relatif maju dengan dikelolanya Sumber Daya Manusia dengan menggunakan “credo”. CTMH telah memiliki credo apa yang dinamai Motto Kerja mereka. Fungsi credo menanamkan militansi anggota dalam bekerja, tanpa harus tiap hari diingatkan, ditegur atau dijatuhkan sanksi. Ini lahir dari kesadaran sendiri, punya komitmen sendiri agar bekerja menuju capaian cita-cita bersama. Itu catatan bagus model pemberdayaan dari Pulo Siregar ini.
- Pengembangan usaha. Ini Tahapan pemberdayaan masyarakat, di mana terkelolanya keuntungan usaha untuk mengembangkan kegiatan dari produsen, menuju trading sekaligus (kami sering gunakan istilah menembak di atas kuda, sepanjang menguntungkan maka kita beli dan jual ke daerah lain). Tahapan akhir diferensiasi, artinya Pulo Siregar melihat peluang layanan jasa ini sebagai pelengkap usaha Pemberdayaan Masyarakat di bonapasogitnya, Humbang Hasundutan. Hasilnya belum bisa dievaluasi akibat pandemi Covid-19, namun pembangunannya sudah selesai. Di awal Julois Pasaribu ikut menggawangi. Covid-19 membuat segala kegiatan terganggu, namun tujuan ideal masih komitmen untuk melanjutkan kegiatan Cafe ini selepas Covid-19. Sedangkan Julois Pasaribu memulai usaha baru di Kota Siantar bidang pembibitan tanaman pertaniannya.
Model Pemberdayaan Total Football ala Pulo Siregar telah memperkaya model-model pemberdayaan yang dibangun dan dikembangkan FBBI. Kita dengan penuh keyakinan berharap model-model tersebut akan berdampak positif memajukan bangso Batak di Bonapasogit dan di mana pun berada.
Catatan penutup, Pulo Siregar memiliki “mimpi” agar FBBI ke depan mengembangkan optimalisasi Securities Crowdfunding, sebagai alternatif Pendanaan UMKM di masa pandemi ini. OJK mendukung kebijakan model pembiayaan seperti ini, apalagi untuk segmentasi UMKM. Semoga FBBI bisa merambah menemukan solusi pendanaan yang rata-rata menjadi kesulitan anggota masyarakat.
Sekali lagi, selamat buat Pulo Siregar atas kreativitasnya di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Lintong ni huta, Humbahas. Teruskan pelaksanaan visi dan misi FBBI dengan karya nyata dengan motto: “Pantang mundur sebelum makmur”.
Kepala Humas FBBI
Danny P.H. Siagian, SE, MM