
JAKARTA, BatakIndonesia.com — Sudah 4 (empat) model pemberdayaan tampil di media ini. Pertama, kerjasama Kelembagaaan PT ISM dan PokTan Maju Lumbantongatonga, PTML, untuk lahan 1-2 hektar, dengan tanamanan cabai, kentang, dan kol. Kedua, Model Pemberdayaan Oslyn Pasaribu dengan produk tanaman talas di atas lahan 100 hektar di 5 kabupaten dengan 10 pabrik. Ketiga, Model Kadiman Pakpahan dengan bisnis proses pembibitan dan penyuluhan. Keempat, model dari Pulo Siregar di atas lahan 5 hektar, kebijakan diversifikasi dan diferensiasi. Selanjutnya, Model Pemberdayaan (model ke 5) dari Vera Debataraja, pada fase awal penguatan diversifikasi produk. Seperti apa model ini? ikuti paparan dari Dr. Ronsen Pasaribu, SH, MM (Jakarta, 9/8/2021).
Vera Debataraja atau disebut juga Vera br Simamora menjabat sebagai pimpinan di Kepengurusan DPD FBBI Propinsi Sumatera utara dengan jabatan sebagai Bendahara. Intens membina semua DPC FBBI di Sumatera Utara. Saat ini, Vera tercatat sebagai mahasiwa Fakultas Ilmu Komunikasi di salah satu Perguruan Tinggi di Medan. Namun, waktunya terbagi untuk keluarga dan pekerjaan, sambil mengikuti kuliah tingkat doktoral tersebut. Karena Covid-19, sementara jadi tertunda.
Prinsip bisnis dengan pengalaman kemandirian menjadikannya punya warna setiap menghadapi masalah dan proses mengambil keputusan apapun. Dia dalam memimpin mulai membentuk Kepengurusan DPD FBBI Sumatera Utara dan memulai kegiatan pemberdayaan pertanian di Humbang Hasunduran, bonapasogitnya.
Fase pertama, Vera Debataraja bersama beberapa rekannya mencari lahan persewaan, seluas 5 hektar di Desa Siborboron, Humbang Hasundutan. Lahan tertinggi di Humbang Hasundutan, 1.400 meter di atas permukaan laut (DPL). Posisinya sejajar dengan lokasi di Tele, Karo, bahkan Wonosobo di Pulau Jawa. Sudah barang tentu, lokasi ini sangat cocok untuk mengembangkan tanaman holtikultura kentang, cabai, kol, tomat, dan lainnya.
Pemetaan sosial kami lakukan dahulu dan keputusan jenis tanaman itu ternyata menjadi lokasi sangat cocok di bilangan kecamatan dan desa di sana. Bagi Pemerintah Pusat, Presiden Joko Widodo, melalui Kementerian Pertanian, tidak salah memilih Kabupaten Humbang Hasundutan basis Lumbung Pangan Nasional dengan kebijakan Food Estate. Berdasarkan hal itu, hadirnya FBBI di sana menjadi bagian integral menunjang Lumbung Pangan Nasional dari sisi pelaku swasta. Kondisi ini fase awal yang baik, menjalin kemitraan dengan Pemerintah dan Swasta, sebagai syarat ideal membangun model pemberdayaaan masyarakat sesuai teori yang ada.
Model Pemberdayaan Vera Debataraja Memakai Kredo Ora et Labora (Bekerja dan Berdoa)
Oraet Labora, sebuah mekanisme bekerja menggunakan akal budi manusia, baik para ahli, petani berpengalaman. Sarana teknologi informasi terkini dirangkai menjadi bahan masukan yang bersifat terbuka. Sementara itu, semua informasi itu wajib dilandaskan pada kepercayaan kepada Tuhan bahwa manajemen Vera berusaha seoptimal mungkin. Namun kita tidak boleh mengawali dari perhitungan hasil sebab itu bagian dari berkat Tuhan.
Beberapa yang khas dalam Model Pemberdayaan ala Vera Debataraja sebagai berikut:
Pertama, pemetaan sosial sebagai awal kegiatan. Produk pertanian berupa Kentang, cabai merah dan cabai biasa, kol, dan sayur-mayur menjadi pilihan yang tepat. Semua jenis itu memiliki potensi di pangsa pasar lokal, nasional, bahkan internasional.
Kedua, lahan tanah adalah lahan bukaan dari semula berupa hutan, berbatasan dengan tanaman hutan lebat, sehingga terapi ke lahan ini memerlukan pendekatan khusus agar kesuburan dan asam tanah (pH) bisa standar untuk tanaman. Puji Tuhan, pH tanah berada pada range ideal, yaitu: 7.00. Hal ini akibat banyaknya humus (istilah lokal “boluk”), sehingga pemupukan lebih meringankan beban kami.
Ketiga, cuaca ekstrim dingin di lokasi ini dengan adanya 4 mata air di hamparan 4 (empat Hektar) lokasi pertama ini. Kami menggunakan sistem Balteng (Tangki Air besar 1.000 M2). Ini memudahkan untuk menyiapkan cadangan apabila hujan tidak datang. Ada sistem springkle siap untuk penyiraman otomatis dari Balteng ke 7 titik atau lebih tanpa tenaga manusia. Kecuali, sistem manual dipergunakan untuk penyiraman dengan obat-obatan.
Keempat, kelembagaan yang berperan dan diperankan antara lain:
- Pemerintah Kabupaten melalui Bupati dan Wakil Bupati menempatkan Vera Debataraja sebagai kemitraan pemerintah di bidang holtikultura ini. Selama 20 hari, alat berat untuk tahap pertama membuka lahan dengan merobohkan kayu-kayu besar. Kemudian tahap kedua mesin alat berat untuk mencacah tanah, dan tahap ketiga mesin penghalus. Semua alat ini disediakan oleh Dinas Pertanian yang kami sebut infrastruktur oleh pemerintah daerah.
- Pendampingan sebagai Bapak Angkat, yaitu PT Indofood. Kerjasama secara tertulis telah ditandatangani oleh Vera Debataraja. Pihak PT Indofood memberi bibit, pembinaan, dan pembelian hasil dengan fixed rate (tentu di atas BEP) disertai insentif bila harga pasar saat panen naik. Tahap pertama disepakati cabai untuk pabrikan dengan luas 2 hektar dari 4 hektar lahan.
- Pendampingan informal dari Alex Manullang, istrinya boru Simamora, masih hubungan famili. Kesediaan dia menjadi pendamping karena dia menyiapkan bibit cabai lokal dan sebagai best practice di wilayah ini dengan cabai mereka bagus, produktif dengan daur panen sampai 4-5 bulan.
- Pendamping informal kedua, Dr. Piter Tangka, seorang Sarjana Pertanian lulusan Tel Aviv University di Israel. Hubungan bekerja dengan beliau ini secara pribadi dengan Ronsen Pasaribu telah terjalin saat Ronsen selaku Direktur Pemberdayaan di BPN RI, mengembangkan pemberdayaan cabai di Sulawesi Utara, 2013-2014 lalu. Kebetulan, Pemda Humbang Hasundutan menggunakan beliau sebagai staf ahli dalam mengembangkan holtikultura khususnya bawang merah. Pelajaran pertama yang beliau ajarkan kepada kami adalah pakailah bibit yang terbaik di wilayah kerja saudara, dengan alasan telah diuji dan beradaptasi dan terbukti berhasil. Short cut penelitian dan uji coba ini membuat kinerja Vera menjadi efisien. Meniru, sebuah cara terbaik dalam tiap pertanian di lapangan.
- Orang Jawa, sebutan kami si Joko. Kesediaan seorang petani berasal dari Wonosobo, khususnya Dieng, tempat nomor satu di Indonesia budidaya kentang. Mengingat beliau jauh dari Vera, maka pendekatan yang hebat dari Vera ini telah terikat kontrak kerja, secara day by day memakai video call atau kunjungan sekali seminggu, menjamin adanya trasfer tehnologi. Target yang kami pancang per batang bisa menghasilkan minimal 2 kilogram atau lebih. Lahan 1 hektar dari bagian 4 hektar dan 1 hektar di tempat terpisah akan digunakan tanaman kentang ini.
- Tanaman tahap pertama, Kentang 2 hektar, cabai 3 hektar (lokal 1 hektar, kerjasama Indofood 2 hektar) dan tanaman antara kol dan tomat. Ada yang khas pola yang akan diterapkan adalah lahan antara bedengan cabai berjalan 3 bulan akan ditanami kentang dengan pola normal. Jadi lahan 3 hektar, begitu daur produksi hampir selesai untuk cabai, disambung panen Kentang. Produksi per hektar menjadi berlipat ganda pada kurun waktu yang sama.
- Pola penanaman dan pemupukan memiliki sifat yang pasti, tidak coba-coba lagi karena didampingi oleh para ahlinya. Manajemen Vera membuka dialog dan konsekuen melaksanakan setiap protap yang ditentukan. Ini perjuangan tersendiri bagi seorang Vera mengomunikasikan dengan tenaga kerja harian, memerlukan kesabaran dan sifat keibuannya.
- Sistem kerja bagi hasil, masih direncanakan sebelum ada tenaga yang benar-benar tepat. Kesulitan inilah yang dialami di awal bekerja ini. Orang mau bekerja jika sudah ada bukti hasilnya. Semoga 3-4 orang menjadi pekerja tetap. Syarat diberlakukan bagi hasil sesuai besaran yang disepakati.
- Status lahan adalah sewa selama 4 tahun. Manfaat program ini, secara langsung adalah kepada pemilik tanah dari sewa tanah, dan jika kontrak selesai maka dapat melanjutkan kebun tersebut. Semoga sebelum kontrak selesai, semua kewajiban mengembalikan hutang biaya kerja dan keuntungan akan diprioritaskan untuk membeli lahan sendiri. Supaya manajemen Vera bisa mandiri di atas lahan sendiri.
- Kelembagaan yang dibangun Vera adalah membentuk UD. Maju Bersama dengan menempatkan Vera sebagai Direktur, Rigel sebagai bendahara, Ronsen Pasaribu sebagai Komisaris dan bagian Keuangan. Secara person, personalia UD Maju Bersama telah menjadi anggota Kelompok Tani di wilayah kerja Siborboran ini. Poktan ini akan mendapat pembinaan Pemerintah, melalui bantuan ketersediaan pupuk, atau bimbingan penyuluhan dari Dinas terkait.
- UD Maju Bersama berkoordinasi dengan DPP FBBI baik Pusat dan DPD FBBI Sumatera Utara serta DPC FBBI Humbang Hasundutan. FBBI memposisikan UD Maju Bersama ini sebagai perpanjangan tangan FBBI dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakatnya, mengejawantahkan visi dan misi FBBI di lapangan. Tidak mengherankan jika di komunitas gereja, masyarakat setempat, telah menyebut kebun pemberdayaan dan Vera dengan sebutan “Ibu Pemberdayaan” begitu dipanggil di mana pun dia berada.
- Infrastuktur tahap awal ini memerlukan biaya yang besar. Utamanya penyiapan sewa rumah tinggal, sopo dengan ukuran 6 x 10 m atau 60 m2. Kenderaan becak mesin, sepeda motor, mesin Honda penyedot dan pendorong air, Balteng, sekop, pacul, lokasi pembibitan (jika mungkin rumah kaca), alat dorong membawa pupuk, kompos tiap hektar memerlukan 10 ton, begitu juga jenis pupuk penguat akar, batang, daun dan memperbanyak buah tanaman. Tentu setiap pengusaha memiliki daftar sendiri-sendiri, aliran listrik, dan konsumsi bagi pekerja tiap hari.
- Sebuah manajemen yang amat rumit dihadapi manajemen Vera Debataraja. Hanya karena kepasrahan kepada Tuhan, manajemen selalu menemui jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi tiap hari. Termasuk, mental moral masyarakat lingkungan yang kontra dengan jiwa pemberdayaan. Adanya kehilangan alat produksi, pupuk, memaksa kami membuat parit gajah dan akan menutup sekeliling agar keamanannya terjamin termasuk memasang CCTV kelak.
- Pemasaran. Dalam teori Pemberdayaan Masyarakat, tahap akhir pasca panen sesuatu yang umum menjadi kendala. Ini kelemahan sitem pertanian di Indonesia. Menggenjot produksi dapat dilaksanakan dengan best practice, seusai cara masing-masing. Namun begitu tiba ke pasar, kadang harga current issue atau harga terkini bisa sama atau di bawah Break Event Poin (BEP) menjadikan pengusaha merugi. Sering terjadi di item beras dan kol. Oleh karena itu, UD Maju Bersama ini telah menandatangani kesepakatan di luar PT Indofood yang sudah aman penjualannya, untuk kentang lokal dan cabai lokal. Ada kesepakatan menjual ke luar Pulau dan atau ke luar negeri menggunakan tata niaga yang dimiliki saudara sendiri yang menjual kol ke Singapura dan kentang ke negara lain. Ini strategi penetrasi pasar UD Maju Bersama menghindari sistem kartel yang menguasai Pasar Rebo Jakarta atau pasar induk lainnya dengan sistem kartel yang susah ditembus oleh petani di mana pun berada.
- Catatan terakhir adalah perwujudan Ora et Labora, menerapkan teknik komunikasi dengan tanaman UD Maju Bersama ini atau apa yang diterapkan di Israel “psikologi tanaman. Kita harus berdialog dengan Tuhan dan dialog dengan tanaman. Mengawali kegiatan ini, kami telah melaksanakan kebaktian di lapangan saat penanaman perdana cabai lokal. Sedianya dihadiri Wakil Bupati, namun karena saya tidak jadi datang, maka tanam perdana dipimpin oleh Bible Vrouw HKBP Siborboron dan Parhaladonya (Majelis Jemaat), Pemerintah Kecamatan, Desa dan Pengurus DPC FBBI Kab. Humbang Hasundutan. Bagi masyarakat, kegiatan ini hal yang baru mereka saksikan, namun sudah menjadi credo atau budaya organisasi yang dibangun dalam Model Pemberdayaan ala Vera Debataraja.
Hal hal itulah bisnis proses yang sedang dikerjakan, sudah barang tentu, sistem pola dan strategi di lapangan akan dapat berubah-ubah sebagai konsekuensi UD Maju Bersama sebagai pemain baru. Namun, kami berusaha untuk fokus mencapai target keuntungan yang cukup besar.
Oraet Labora, wujudkan pemberdayaan masyarakat di bonapasogit dengan mendorong masyarakat keluar dari peta kemiskinan menuju masyarakat Batak yang maju dan mandiri.
Kepala Humas FBBI
Danny P.H. Siagian, SE, MM