
Foto (ki-ka): Polmas Sihombing (Moderator); Sabar Martin Sirait (Narasumber); dan Yudi Simorangkir (Penanggap I)
JAKARTA, batakindonesia.com
Setelah bertahun-tahun jadi topik diskusi berbagai pihak, kembali pembentukan provinsi Tapanuli jadi perbincangan di Lapo Codian, Cawang, Jakarta Timur, persis pada peringatan hari lahirnya Pancasila, Rabu, 1 Juni 2022.
Diskusi provinsi Tapanuli (Protap) ini diselenggarakan oleh Joro Boraspati, Yayasan Genus dan tanobataknews.com, yang menghadirkan narasumber, Pegiat Lingkungan dan Pemerhati Pembangunan Tapanuli, Sabar Martin Sirait, yang juga adalah Sekjen Yayasan Putera-puteri Tapanuli. Sedangkan Narasumber Teguh Setyabudi, Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri, berhalangan hadir.
Adapun Penanggap I adalah Yudi Simorangkir, Juru Bicara Forum Komunikasi Kawasan Danau Toba (mantan Ketua Cabang GMKI Tarutung), dan Penanggap II, Sarma Hutajulu, mantan Ketua Komisi A DPRD Sumatera Utara yang juga Wakil Ketua DPD PDIP, Sumatera Utara (lewat zoom meeting).
Sebelum acara diskusi, para peserta yang hadir menyangikan lagu Indonesia Raya, dan mendengarkan musik pembuka yang dimainkan Tim Pusakko Musik Etnik Batak. Setelah itu, sambutan Pembukaan Acara disampaikan Ketua Penyelenggara, Ir. Polmas Sihombing, MM, yang juga Pemimpin Redaksi tanobataknews.com.
Dalam sambutannya, Polmas Sihombing mengatakan, tujuan diselenggarakannya diskusi adalah untuk menggelorakan semangat membangun Protap menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Dia berharap, apa yang didiskusikan semoga menjadi bagian dari rangkaian sejarah berdirinya Protap.

Narasumber Sabar Martin Sirait dalam paparannya mengatakan, menuju provinsi Tapanuli sejahtera, masih banyak dibutuhkan pembenahan. Salah satunya mengenai disiplin dari hal kecil, seperti membuang sampah sembarangan.
Menurutnya, masyarakat Batak kalau mau maju, bukan lagi hanya memperbanyak gelar. Namun yang perlu adalah berkarya nyata, sesuai dengan tuntutan kebutuhan daerah.
Dikatakan Sabar Martin Sirait, banyak penelitian sudah dilakukan oleh para peneliti, namun sering berhenti pada hasil penelitian yang diseminarkan.
“Saat ini, terutama para ASN daerah, hanya menggunakan hasil penelitian untuk diseminarkan. Tetapi tidak ada tindak lanjut lagi setelah diseminarkan. Tidak ada karya nyata di lapangan hasil yang di seminarkan itu. Yang penting, uang rapat dari APBD keluar,” ungkapnya.
Mestinya, lanjut Sirait, harus ada niat untuk melakukan karya nyata sesuai dengan prinsip kemajuan, misalnya soal pertanian yang menjadi andalan.
“Jadi, prinsipnya, saya tahu, saya mau, dan saya mampu melakukannya. Contohnya, menanam jagung. Saya tahu menanam jagung, saya mau menanam jagung dan saya mampu menanam jagung. Jadi, secara komplit harus dimiliki seseorang Batak, untuk dapat merealisasikan sesuatu untuk mencapai kesejahteraan,” bebernya.
Dirinya berharap, jika nanti Protap terbentuk, ASN nya tidak perlu ribuan, tapi cukup ratusan saja, seperti di Singapura maupun Jerman.
“Ada kerinduan, jika nanti Protap terbentuk, pegawainya tidak perlu ribuan. Tapi cukup sekitar 300-an ASN provinsi Tapanuli. Seperti di Singapura, Jerman dan Amerika, apalagi dengan adanya digitalisasi teknologi informasi. Sebab, jika seperti sekarang ini, APBD Toba misalnya, 80% digunakan untuk overhead, 20% untuk biaya pembangunan, apa yang mau dibuat,” tandasnya.

Sabar Martin mengungkapkan, harusnya tahun 2004 provinsi Tapanuli sudah berdiri, sejak tahun 2002 di deklarasikan.
“Tapi, kenapa tidak jadi? Karena soal wani piro. Siapa yang menghambat? Ada jagoannya. Tapi tidak perlu diuungkapkan siapa namanya,” pungkasnya.
Sementara itu, Yudi Simorangkir, Jubir Forum Komunikasi Danau Toba sebagai Penanggap I, membeberkan soal data-data dari BPS beberapa daerah di Tapanuli, seperti Tapanuli Utara, Toba, Tapanuli Tengah, maupun Tapanuli Selatan.
Yudi Simorangkir mengatakan, perlunya segera perwujudan Provinsi Tapanuli, karena beberapa indikator yang masih rendah, sehingga belum mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.
“Beberapa indikator yang masih rendah, misalnya Gini Ratio, APBD dan indikator lainnya. Salah satu contoh, di Tapanuli Utara, baru hanya 1 Rumah Sakit. Di Toba, baru ada 2 Rumah Sakit. Itupun kelasnya D,” ungkapnya.

Mantan Ketua BPC GMKI Tarutung ini menjelaskan, disisi lain, peluang akses meningkatkan pariwisata sebenarnya sudah terbuka.
“Karena saat ini pengembangan kawasan Danau Toba sudah didukung dengan adanya Inpres yang menetapkan Danau Toba sebagai kawasan Pariwisata destinasi Dunia. Ini aksesnya juga semakin banyak dibuka. Bisa dari bandara Kualanamu, bandara Silangit, dari arah darat juga makin terbuka aksesnya,” bebernya.
Sebab itu, Yudi Simorangkir menegaskan, sesungguhnya tidak ada lagi yang menghambat. Selain kesejahteraan yang harus ditingkatkan karena masih rendahnya beberapa indikator tadi, dan peluang yang makin terbuka, juga sudah terdukung.
Senada Yudi, Sarma Hutajulu sebagai Penanggap II (lewat zoom meeting) juga mengatakan, sudah saatnya provinsi Tapanuli segera diwujudkan. Sebab, sudah lama dipersiapkan oleh berbagai pihak secara bersama, namun memang perlu dilakukan pendekatan politik yang lebih efektif.
Ada beberapa penanya dari peserta, seperti Pakpahan, mantan ASN Kemendagri, yang mengatakan, ada dua jalur pendekatan, yaitu dari jalur eksekutif maupun jalur legislatif, namun apakah hal itu sudah dilakukan secara efektif. Abadi Hutagalung, juga menyarankan, agar political power perlu dilakukan, untuk menggolkan tercapainya Protap.
Acara diselingi dengan lagu-lagu Batak yang dinamik dibawakan Tim Pusakko Musik Etnik Batak dan juga pembacaan puisi berbahasa Batak, oleh budayawan Batak, Saut Poltak Tambunan. DANS