
JAKARTA, BatakIndonesia.com — Siaran Pers daring berikut ini adalah kelanjutan dari Seri 1. Ketua Umum DPP FBBI Dr. Ronsen Pasaribu, SH, MM, menyampaikannya kepada publik agar publik mengetahui dengan jelas aktivitas nyata dari FBBI. Mari simak Seri 2 ini (Jakarta, 2/8/2021).
Kita sering sekali mendengar narasi pemberdayaan masyarakat. Saking seringnya kita tidak tertarik. Bahkan setelah mengetahui pun ada yang tidak tertarik sebab politik gerakan. Mereka merasa bukan bagian gerakan itu. Kita membantu orang yang kurang berdaya, agar bisa berdaya. Ibarat seorang bayi, pada awalnya ya lemah, memerlukan gizi, pendamping dan dokter bilamana sakit. Prosesnya pelan-pelan, tetapi pasti bisa berjalan sendiri, berkembang dengan gizi, pengetahuan, pelatihan dan akhirnya remaja dan dewasa apa yang disebut mandiri.
Itulah contoh yang pas dalam strategi pemberdayaan. Kita melakukan pendampingan bagi kelompok masyarakat pertanian agar mereka bisa berubah, bertumbuh, belajar sendiri, dan mandiri. Mandiri artinya mereka bisa merencanakan kegiatan sendiri, menentukan jenis tanaman apa dan mampu menatausahakannya dengan berhasil guna. Bahkan dalam jangka panjang mampu menghasilkan diversifikasi produk bahkan diferensiasi produk dari akumulasi keuntungannya.
Kelembagaan dan Kelompok Masyarakat
FBBI telah berinisiasi membentuk Kelembagaan Badan Hukum, legalisasi Kementerian Hukum dan HAM, yaitu: PT. ISM. Badan pemegang sahamnya dan badan pengurusnya semua orang FBBI. Dengan mekanisme ini, FBBI memastikan gerak bekerjanya bisa berfungsi sebagai Bapak Angkat bagi Kelompok Masyarakat. Direkturnya adalah Pulo Siregar, sedang pemegang saham RP, AP, DS, JP.
Pokmas (Kelompok Masyarakat), sebuah keniscayaan dalam Pemberdayaan Masyarakat. PokTan (Kelompok Tani) Maju Lumbantongatonga PTML, kumpulan dari petani sejenis dengan anggota 6-8 orang. PT ISM dan PTML berkontrak secara egaliter, sejajar, dengan hak dan kewajiban yang jelas. PT ISM bertugas bidang pendanaan, baik membeli bibit, membuka lahan, pengadaan infrastruktur, pembinaan teknis pertanian sebagai pendampingan, menentukan jenis tanaman, tahapan kerja, panen, dan menjual hasilnya. Adapun hasil dilaksanakan secara terbuka, transparan dengan pembagian hasil 50-50.
Sedangkan PTML, sebagai pemilik lahan, tentu tidak sengketa, tidak ada masalah pertanahan, sebagai tenaga kerja, mulai dari penanaman bibit, pembelian pupuk atas konsultasi dengan Direktur PT ISM, dan melakukan koordinasi tiap waktu memerlukan konsultasi.
Mekanisme koordinasi, sekarang diuntungkan dengan adanya WA, semua Pokmas dan Pemegang Saham, boleh berdiskusi tentang apa saja, namun yang memutuskan dari sisi PT ISM adalah Direktur. Sedangkan PTML memiliki ketua dan anggotanya. Mereka juga memiliki mekanisme internal dalam mengatur pekerjaan setiap hari.
Tahap Pertama, sudah tiga kali panen kentang, sekali kol dan tahap ketiga ini penanaman cabai, kentang di atas lahan 1,5 hektar atau 15.000 m2.
Hasil tahap pertama, kesepakatan bahwa keuntungan belum menjadi ukuran. Sebab, biaya yang besar tahap land clearing dari hutan menjadi kebun tentu biaya langsung lebih pada biaya pembukaan, penghalusan dan sarana lainnya. Pasti tidak sebanding dengan hasil. Namun, pelajaran pertama ini berharga.
Apa saja? Pertama pemilihan bibit itu yang utama. Bibit yang tidak seragam, membuat hasil berbeda. Kedua, pH tanah yang kurang diperhatikan, menjadi pelajaran utama juga. Tanah di bawah pH 7.00 kurang ideal. Apalagi tanah bukaan baru. Perlu terapi dolomit.
Hal ini dibuktikan ada perbedaan hasil, yang dolomit banyak, hasilnya dua kali lipat dari dolomit ala kadarnya. Inilah pelajaran pertama, betapa tanah ini perlu dikendalikan. Selebihnya, pupuk kompos yang utama ketimbang pupuk kimia.
Soal pupuk ini, setiap poktan punya rahasianya sendiri, namun secara umum memiliki kesamaan. Land clearing harus dibedengi, diberikan pupuk kompos, pupuk campuran untuk penguatan akar, batang, daun dan juga putas jika hujan datang. Kemampuan dalam mengombinasi pupuk ini juga menjadi kunci sukses tiap petani.
Di sinilah diskusi panel penting bagi kelompok tani. Kami menjelaskan apa fungsi kelompok tani ini? Ada ruang diskusi tentang perencanaan penanaman item, merencanakan pupuk, mengatasi hama yang tidak dikehendaki, memelihara tanaman, mengevaluasi tanaman, menahan dengan kayu, atau tali jika tetumbuhan melebihi ukuran agar tidak diterpa angin, jangan tumbang dan mengamati jangan terlalu lebat di daun.
Studi banding, saran yang sering kita sampaikan kepada poktan. Sampai pada saat panen, kapan tepatnya dilaksanakan. Menunggu seminggu lagi baru panen, berdampak juga pada penambahan bobot kentang itu sendiri. Namun membiarkan hasil panen tidak segera dijual, juga berbahaya. Harusnya informasi harga sudah diputuskan berapa per kilo pada hari panen, agar supaya begitu dipanen dan ditimbang langsung dilepas kepada pembeli. Sebab jika ditahan, bisa menyusut, pada gilirannya merugikan petani kita.
Di sinilah pelajaran di berbagai hal penting, dibutuhkan seni. Pengalaman ini yang berharga. Apa yang diterima dari kelompok lain, menjadi modal bagi kita. Namun pengalaman sendirilah pada akhirnya yang menentukan. Sebab, olahan pikiran petani, kombinasi cuaca dan lainnya menjadi faktor yang harus direkam, agar tahu kekuatan dan kelemahan satu musim tanam ini. Tahap berikut, konsultasi sudah semakin minim dan percaya diri dalam penanamannya.
Menejemen PT ISM memberikan patokan. Tanam tahap kedua harus terjadi arus uang tunai yang menguntungkan. Agar pelan dan pasti dalam beberapa panen, profit akan semakin nyata. Inilah nilai plus pemberdayaan masyarakat yang dihadirkan oleh FBBI di tengah masyarakat. Sekalipun hanya satu kelompok, namun kabar berita pemberdayaan ini di seantero Desa Sigompul dan Kecamatan sudah tersiar. Mereka tentu meniru praktek atau best practice yang dikembangkan kegiatan Pemberdayaan masyarakat oleh FBBI.
Kepala Humas FBBI
Danny P.H. Siagian, SE, MM