
JAKARTA, BatakIndonesia.com — Kalau dia masih hidup, barangkali, dialah orang yang paling sedih saat ini. Betapa tidak, hasil kerja kerasnya bertahun-tahun, dinafikan begitu saja oleh kaum alergi sains.
Bagi para akademisi, statistikawan, peneliti, tukang survei, dan mahasiswa, nama itu tidaklah asing. Yang pernah belajar Ilmu Statistika, mulai dari Statisika Dasar hingga Statistika Lanjut, pasti pernah mendengar dan menyebut namanya. Dia adalah Tuan Cohran.

Mahaguru bernama lengkap William Gemmell Cohran itu adalah salah seorang ilmuwan terkemuka di bidang Statistika yang pernah ada. Rumus-rumusnya untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian menjadi pijakan bagi rumus-rumus lainnya. Bukunya yang terkenal ‘Sampling Techniques‘ menjadi rujukan utama bagi urusan hitung-menghitung besar sampel di jagad raya ini. Para peneliti eksperimental pastilah tidak melewatkan bukunya yang berjudul ‘Experimental Design‘, yang ditulisnya bersama Gertrude Mary Cox.
Rumus untuk menghitung sampel dalam sebuah survei terhadap populasi, termasuk survei dan hitung cepat Pilpres (Pemilihan Presiden), adalah rumus yang paling sederhana dari semua rumus yang pernah diturunkannya. Jangankan untuk sampel survei Pilpres yang sudah jelas jumlah populasi dan stratanya, sampel survei terhadap populasi yang darinya peneliti tidak punya informasi apa-apa pun dapat dihitung secara akurat.
Baca juga: William G. Cochran (1909–1980)
Terkait dengan survei dan hitung cepat Pilpres itu, seorang teman yang terpelajar bertanya kepada saya dengan sinis: “Bagaimana kalau hasil survei dan hitung cepat berbeda dengan hasil hitungan riil? Masihkah kita mengakui hasil survei atau hitung cepat itu?” Ah, gampang-gampang sulit menjawabnya. Saya hanya berkata: “Sains itu bebas politik. Dia juga tidak beragama!”
Ah tahe! Tuan Cohran, maafkanlah kami!
Penulis: Albiner Siagian (Sahalak parhalado di HKBP Perumnas Simalingkar; Guru Etos dohot Revolusi Mental na marbisoloit)