Sebuah pepatah Melayu, yang memberi pesan dalam hal kita dalam kehidupan mengalami kebuntuan maka untuk mencari solusinya kita memulainya dari awal masalah terjadi.
Pepatah orang Batak dengan maksud yang sama ada, yaitu: “molo litok aek di toruan, tu julu do pareahon”. Apa artinya, saya coba elaborasi dari tafsir ontologinya, kalimat apa adanya dan kemudian kita memetik apa pesan moralnya bagi kita.
Dua kata, kebuntuan dan kembali ke awal. Setiap peristiwa, dikenal sebab akibat. Tesa dan sintesa. Hukum Newton juga pertama merumuskan aksioma itu, jika ada sebab pasti ada akibatnya. Dari akibatlah kita tahu ada permasalahan.
Permasalahan secara definisi adalah tidak sesuainya rencana dengan kenyataan. Jika tidak sesuai, pertanyaannya apa rencana dan kenapa tidak tercapai. Perlu penelusuran ke awal. Mengapa terjadi ketidaktercapaian itu? Bahkan jika hasilnya jelek, ada apa di hulunya? Apakah bibitnya yang jelek? Apakah pemimpinnya yang tidak beres, atau ada sebab lainnya di hulu? Sebab, di hilir itu menerima apa adanya dari hulu.
Ini proses check and recheck. Diperlukan cara yang jujur dalam pengecekan, tidak dengan sesuatu dendam, tidak penuh curiga namun perlu jujur, obyektif agar supaya hasilnya baik diterima oleh semua pihak.
Pepatah ini pun bisa bermakna melihat kualitas kepemimpinan seorang pemimpin. Apakah kepemimpinan yang kurang mengakibatkan pembangunan di suatu wilayah tidak berjalan sesuai harapan rakyat yang dipimpinnya? Contoh, jalan di kampung kita tetap saja tidak berubah, becek, berlubang-lubang, hancur, dan kondisi ini berjalan bertahun-tahun. Pepatah ini tepat, lihatlah ke hulunya. Apakah pemimpin pernah mambahasnya? Apkah pemimpin membuat rencana pembangunan di musrenbang? Apakah pemimpin pernah berbicara dengan Bupati soal usul jalan? Apakah Bupati pernah berbicara dengan Gubernur yang punya administrasi jalan Provinsi? Skala mikro, jika ada anak-anak selalu nakal, bisa kita lihat ke hulunya. Sejauh mana orangtuanya telah membina ilmu agama, ilmu etika, membina dalam rumah tangga. Contoh mencari calon pasangan hidup, juga sama saja. Lihat bibit, bebet, dan bobot. Ini adalah hulunya. Jika hulunya bagus, maka ambillah sebagai calon suami atau istri.
Kesimpulannya, pepatah yang diciptakan orangtua kita dahulu sangat bermakna agar kita tidak pusing memikirkan apa yang terjadi saat ini, atau hari ini. Luarbiasa.
Selamat dan sukses selalu.
Jakarta, Kamis, 2 September 2021.
Ronsen Pasaribu (Ketum FBBI)