
JAKARTA, BatakIndonesia.com — Togu Simorangkir ramai menjadi buah bibir di kalangan orang-orang Batak. Dia nekad berjalan kaki dari Balige-Toba ke Jakarta sepanjang 1.700 Km hanya untuk menemui Presiden Joko Widodo meminta agar TUTUP TPL. Selama 44 hari, Togu bersama Anita Martha Hutagalung dan Irwandi Sirait menempuh jarak tersebut sebagai simbol perjuangan membela tanah kelahirannya, Tano Batak.
Perjuangan Togu dkk dipicu persoalan konflik masyarakat Natumingka (Mei 2021 lalu) dan membuat ia geram dengan tingkah laku TPL yang ia nilai lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. Persoalan TPL ini pun ia anggap sebagai dosa-dosa TPL selama 3 dekade lebih beroperasi di bonapasogit (kampung halaman) bangso Batak.
Togu tidak seorang diri. Ia memperoleh banyak dukungan dari berbagai kalangan organisasi lingkungan hidup dan organisasi massa berbasis budaya, adat, dan etnis Batak. Berbagai organisasi tersebut bersatu membentuk badan yang mereka namakan Aliansi GERAK (Gerakan Rakyat) TUTUP TPL. Lengkaplah sudah perlawanan massa terhadap PT. Toba Pulp Lestari Tbk (TPL). Perang urat syaraf dan strategis banyak dimainkan di “papan catur” media sosial dan online pada masa pandemi Covid-19 ini.
Puncaknya Togu dkk (disebut TIM-11) tiba di Jakarta pada Selasa (27/7/2021) dan langsung menuju Istana Negara. Namun, perjalanan mereka dibelokkan ke jalur lain dan mereka semua diperiksa Swab Antigen. Togu dinyatakan reaktif dan terpaksa tidak boleh menyentuh Istana Negara dalam radius tertentu. Orang-orang Batak bertanya: “Ini ada apa? Skenario apa lagi ini?” Lembaran babak baru drama mulai dimainkan. Sutradara bukan lagi di pihak Aliansi dan TIM-11, tetapi di pihak penguasa.
Aliansi GERAK TUTUP TPL mulai melakukan lobi-lobi dan negoisasi dengan pihak Istana dan Sekretaris Negara (Sekneg). Hasilnya Aliansi harus menunggu beberapa hari keputusan Presiden. Pada Kamis (5/8/2021) Presiden bersedia bertemu hanya dengan Togu seorang diri. Aliansi menolak dan tawaran Presiden bertahan. Akhirnya melalui perundingan yang cukup alot, Aliansi setuju atas permintaan Presiden. Menurut Wakil Ketua AMAN Abdon Nababan, salah satu negosiator Aliansi berpendapat biarlah Togu saja. Togu menyampaikan aspirasi seluruh Bangso Batak dan masyarakat adat kepada Presiden Jokowi.
Akhirnya, Presiden Jokowi menyampaikan beberapa poin penting yang harus segera dilakukan dalam merespons aspirasi masyarakat Batak.
Pertama, Presiden mengatakan akan menerbitkan 15 SK hutan adat dengan total luasnya 25.000 hektar. Lima (5) SK di antaranya sudah diterbitkan dan salinannya sudah diserahkan kepada Togu saat pertemuan mereka. Sementara sisanya 10 SK lagi akan diterbitkan bulan ini.
Kedua, merespons laporan pelanggaran yang dilakukan TPL selama tiga dekade lebih, Presiden Jokowi akan menindaklanjutinya. Kalau terbukti pelanggaran-pelanggaran tersebut, ia menegaskan akan memberikan sanksi tegas kepada TPL. Presiden juga mengatakan akan mengaudit secara menyeluruh semua laporan yang diterima dan sedang dikerjakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Presiden juga akan mempertimbangkan masukan-masukan dari Aliansi GERAK Tutup TPL terkait laporan-laporan yang sedang dikerjakan oleh KLHK.
Ketiga, Presiden Jokowi mengatakan akan berkunjung ke Kawasan Danau Toba pada November atau Desember tahun ini untuk bersama-sama dengan Masyarakat Adat melakukan penanaman pohon untuk merehabilitasi Kawasan Danau Toba.
Keempat, Presiden Jokowi juga sangat terkejut dan mengaku banyak yang belum diketahui. Contohnya, keramba jaring apung (KJA) yang ada di Danau Toba dimiliki oleh dua korporasi besar, yaitu: PT. Suri Tani Pemuka (Japfa Group) dan Regal Spring Indonesia (dulu PT. Aquafarm Nusantara). Selain itu, ia juga baru mendengar bahwa hutan-hutan sakral turut dibabat. Jadi bukan hanya pinus, serta juga konflik horizontal dan adanya rekayasa cuaca.
Aliansi GERAK TUTUP TPL antara lain: KSPPM, AMAN, WALHI, Bakumsu, Jikalahari, Yayasan Pencinta Danau Toba, Forum Peduli Bona Pasogit, Horas Bangso Batak, Nabaja, Forum Bangso Batak Berjuang, RAN, Auriga, Huma, KPA, BRWA, Sayogio Institute, FWI, Hutan Rakyat Institute, Yayasan Percepatan Pembangunan Kawasan Danau Toba, YPDK, Petrasa, Yapidi, YAK, JKLPK, Forum Bangso Batak Indonesia, Aliansi Mahasiswa Peduli Danau Toba, Jendela Toba, Nataboi, BATAK CENTER, dan masih banyak lagi.
Sementara TIM (Tulus-Iklas-Militan)-11 terdiri dari Togu Simorangkir, Anita Martha boru Hutagalung, Irwandi Sirait, Jevri Manik, Christian Gultom, Erwin Hutabarat, Ishak Aritonang, Agustina boru Aritonang, Bumi Simorangkir, Lambok Siregar, dan Yman Munthe.
Pewarta: Boy Tonggor Siahaan